Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Keimanan dan Cabang-Cabang Keimanan Islam

 


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari sebahai manusia pasti akan berinteraksi secara social. Dalam melakukan kegiatan sosial manusia harus mengedepankan etika dan ahlak yang terpuji agar proses interaksi dengan sesama terjalin baik dan bermanfaat, tidak terjadi hambatan atau permasalahan dengan apa yang kita kerjakan.

Dimana proses untuk membentuk akhlak sangat berkaitan erat dengan keimanan seseorang, orang yang memiliki akhlak yang baik dipastikan memiliki keimanan yang terjaga dengan baik. Keimanan selalu berbanding lurus dengan masalah aklaq, dimana keimanan berperan penting sebagai modal utama yang membentuk kepribadian seseorang.

Keimanan merupakan sesuatu yang terbentuk sejak manusia dalam alam ruh sebelum ruh itu ditiupkan oleh Allah kedalam Rahim sesorang Perempuan, Allah telah mebuat perjanjian terhadap ruh tersebut untuk mengucapkan perjanjian bahwa ruh tersebut ditanya oleh Allah tentang siapa Tuhan yang akan disembah maka Ruh itu menjawab Allah, akan tetapi setelah kelahiran kedunia maka keimanan tersebut dipengaruhi dimana dia lahir, apakah dari keluarga muslim atau non muslim itu yang akan membentuk keimanannya.

Keimanan potensi yang dimiliki seseorang sejak lahir tersebut melekat pada dirinya sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia itu sendiri, dimana dia tumbuh dengan lingkungan dan kondisi seperti apa itulah yang akan mempengaruhi keimanan seseorang, keimanan seseorang semakin lambat laun dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar yang akan membuat keimanan tersebut semakin bertambah atau mengalami penurunan. Sahabat Islam17an yang semoga dianugrahi oleh Allah Shubahanahu wa ta’ala dengan keimanan yang terjaga dan senantiasa bertambah dengan bertambahnya usia, di awal tahun masehi ini Islam17an mengajak pada diri sendiri dan sahabat sekalian untuk senantiasa manjaga dan meluruskan niat dan keimanan diri sendiri, keluarga, dan orang-orang yang kita kasihi.

Dimana Dewasa ini keimanan semakin dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa-biasa saja oleh masyarakat kita sekarang, Bahkan diantara masyarakat ada yang sama sekali tidak mengetahui tentang keimanannya apalagi mengenai arti keimanan ipu apa? Hal tersebut timbul karena menganggap bahwa keimanan kita itu terkesan tidak penting, menganggap remeh keimanan, dan menganggap bahwa keimanan kita hanya sebatas arti bahasa tidak lebih, tidak mencoba untuk mencari makna tentang keimanan yang sebanarnya dan tidak membiarkan anggapan remeh tersebut berjalan dengan begitu saja tanpa ada nilai yang terkendung didalamnya. Maka dalam artikel ini akan mencoba dijelaskan mengenai keimanan dengan beberapa sumber-sumber yang valid dan rujukan yang telah digunakan dalam penyampaian majelis ilmu.

Pengertian Keimanan

Pada dasarnya dalam Islam setiap manusia yang terlahir di atas muka bumi telah dianggap fitrah, yang dimaksud fitrah adalah asal kejadian yang suci dan murni bersih tanpa kesalahan dan dosa. Meskipun mungkin orang tuanya telah berbuat dosa, karena ajaran islam tidak pernah ada istilah dosa yang diwariskan dari dosa orang tuanya, masing-masing memiliki tanggung jawab sendiri terhadap apa yang telah dilakukan. Kata ‘Fitrah’ dalam bahasa memiliki arti penciptaan atau kejadian yang telah ditentukan oleh Allah SWT, sehingga fitrah manusia merupakan kejaidan yang sejak awal atau sejak manusia itu masih dalam alam ruh sampai manusia dilahirkan ke dunia. Hal ini diterangkan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 30)

  Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَاَ قِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًا ۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّا سَ عَلَيْهَا ۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَـلْقِ اللّٰهِ ۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ۙ وَلٰـكِنَّ اَكْثَرَ النَّا سِ لَا يَعْلَمُوْنَ 

 

 Artinya :

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui," (QS. Ar-Rum 30: Ayat 30)

Manusia menurut fitrahnya telah memiliki agama, mengakui dan bersaksi bahwa Allah merupakan Tuhan seluruh alam semesta. Maka apabila ada manusia yang tidak memiliki agama tauhid sesungguhnya itu merupakan sesuatu yang sangat merugi dan sangat jauh tersesat dalam kesesatan yang nyata. Rosulullah shalallahu alaihi wasalam, bersabda : ‘’Setiap anak Adam (Bani Adam) terlahir dalam keadaan Fitrah, Orang tuanya yang akan membuat dia Yahudi, Nasrani, dan Majusi.’’ (HR. Muslim)

Adapun iman berasal dari bahasa Arab dari akar kata amana-yu’minu-imanan, yang maknanya beriman atau percaya. Secara bahasa Iman adalah kepercayaan, keyakinan, ketetapan, atau keteguhan hati. Secara istilah iman merupakan seuatu ucapan, suatu perbuatan, dan suatu niat yang mana tidak akan sempurna keimanan seseorang apabila salah satu darinya tidak terpenuhi. 

Pilar keimana terdiri atas enam perkara yang dikenal dengan rukun iman yang wajib setiap umat muslim miliki. Seseorang yang mengaku beriman akan tetapi tanpa mempercayai salah satu dari rukun keimanan maka dianggap tidak sah imannya bahkan dikatakan bukan termasuk kedalam orang-orang yang beriman, sehingga wajib bagi setiap umat islam mempercayai enam syarat keimanan sebagai berikut :

1. Iman kepada Allah swt
2. Mengimani adanya malaikat-malaikat Allah swt
3. Meyakini dan mengamalkan ajaran kitab suci Allah swt yakni Taurat, Zabur, Injil dan Al-Quran
4. Meyakini adanya utusan Allah yaitu Rosul-rosul Allah
5. Meyakini akan terjadinya hari kiamat
6. Mempercayai qada dan qadar atau takdir baik dan buruk berasal dari Allah

Keenam rukun keimanan tersebut dijelaskan oleh Allah dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 136 :

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اٰمِنُوْا بِا للّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَا لْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَا لْكِتٰبِ الَّذِيْۤ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِا للّٰهِ وَمَلٰٓئِكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًاۢ بَعِيْدًا
 

Artinya,

"Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 136)

Pengertian Syu'abul iman (cabang keimanan)

Iman memiliki cabang yang cukup banyak, ini menunjukan bahwa perkataan iman apabila disebutkan secara mutlak tanpa keterkaitan dengan kata agama sudah merupakan mencakup agama secara keseluruhan. Cabang-cabang iman atau syu’abul iman telah dijalaskan oleh Rosulullah shalallahu alaihi wasalam baik secara menyeluruh maupun secara khusus rinci. Ada beberapa riwayat dalam hadist yang menjelaskan cabang-cabang keimanan. Pada dasarnya keimanan memiliki tingkatan dan tingkat yang paling tinggi adalah perkataan Laailaaha ilallah (Tiada Tuhan kecuali Allah), sedangkan tingkatan paling rendah adalah membuang duri dari jalanan apabila kita menemukannya disuatu jalan atau menggeser suatu batu yang menghalangi jalanannya kendaraan yang dapat membahayakan dan mengganggu keselamatan.

Salah satu yang termuat dalam kitab Qamiuth-Thughyan ala Manzhumati Syu’abu al-iman karya Syakh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi, beliau berpendapat bahwa keimanan jumlahnya ada sekitar 77 cabang iman yang secara ringkas dan mudah dipahami oleh masyarakat umum. Dimana setiap cabangnya merupakan amalan atau perbuatan yang harus dilakukan oleh seseorang yang mengaku beriman (mukmin). Tujuh puluh tujuh cabang itulah yang disebut dengan Syu’abul iman, apabila 77 amalan tersebut dilakukan seluruhnya maka telah sempurnalah keimanan seseorang. Akan tetapi apabila salah satunya ada yang ditinggalkan maka berkuranglah kesempurnaan imannya. Jumlah cabang keimanan yang 77 cabang tersebut berdasarkan landasan hadist Rosulullah saw, sebagai berikut :

“Dari Abu Hurairah ra, beliau berkata, bahwa  Rosulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda, “Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan Laa ilaaha illallah, sedangkan yang paling rendahnya yakni menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan, dan malu itu salah satu cabang keimanan,” (H.R. Bukhori & Muslim)

Jika seandainya setiap muslim mampu menghayati dan mengamalkan tiap-tiap cabang keimanan yang berjumlah 77 cabang tersebut. Maka niscaya dia akan merasakan nikmatnya mengimplementasikan hakikat iman dalam kehidupan sehari-hari.

Dalil Naqli Tentang Cabang Keimanan

Keimanan menjadi sebuah ciri dari seseorang saat dia menjalankan suatu Ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan keimanan pula yang akan memberikan kenikmatan di akhirat kelak. Bahkan seseorang yang memiliki keimanan meskipun sekecil biji zahrah di hatinya akan Allah beri kebahagiaan di akhirat berupa ampunan.

Dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rosulullah Shalallahu alaihi wasalam bersabda, ‘’Iman itu dipercaya dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan’’ (H.R. Ibnu Majah)

Dalam hadist di atas menerangkan prinsip-prinsip yang mendasari keimanan, bahwa keimanan terdiri dari 3 tindakan yang mana apabila salah satu darinya tidak terpenuhi maka kuranglah prinsip keimanannya. Tiga unsur keimanan tersebut yakni di yakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dalam suatu tindakan atau perbuatan. Ketiga unsur keimanan ini tidak dapat berdiri sendiri-sendiri harus secara bersamaan selaras apabila salah satunya tidak sejalan maka keimanan seseorang diragukan. Dengan demikian apabila seseorang yang beriman maka dalam hatinya akan selalu meyakini dengan sepenuh hati tidak setengah-setengah, lisannya mengucapkan keimanan secara benar dan sungguh-sungguh, kemudian keyakinan dan ucapannya diaplikasikan dalam tindakan perbuatan di kehidupan sehari-hari, maka ketiga dimensi keimanan itu harus selalu bisa beralan dan bekerja secara bersamaan selaras dengan hati, lisan, dan anggota badan. 3 Dimensi keimanan tersebut sebagai berikut :

a. Ma’rifatun bil qalbi, meyakini dengan hati
b. Iqrarun bil lisan, mengucapkannya dengan lisan
c. Amalun bil arkam, mengamalkannya dengan perbuatan.

Kelompok Cabang-cabang Keimanan

Memberikan penerangan atau menjelaskan tentang keimanan tentu kita tidak bisa terlepas dari persoalan tentang keyakinan. Orientasi tentang keimanan ini dititkberatkan pada kondisi jiwa atau hati (Ruhaniyah), tersebab pusat dari keimanan seseorang yang mengontrol semua anggota menjadi baik atau buruk adalah keadaan hati. Seseorang yang beriman yakni seseorang yang dalam hatinya, disetiap ucapannya, dan setiap tindakannya adalah sama, sehingga dapat diartikan bahwa orang yang beriman adalah oranag yang berkata jujur, memiliki prinsip, pandangan dan sikap hidup yang teguh.

Maka cabang-cabang keimanan itu dapat dikelompokan menjadi kelompok niat, aqidah, dan hati terdiri atas tiga puluh hal sebagai berikut :

1. Beriman kepada Allah SWT sebagai Tuhan seluruh alam semesta
2. Beriman kepada Malaikat-malaikat Allah, sebagai makhluk Allah yang paling taat dan patuh
3. Beriman kepada Kitab-Kitab Allah SWT yang diturunkan pada Rosul-Nya sebagai pdeoman manusia.
4. Beriman kepada Rosul-rosul Allah yang telah menyampaikan wahyu Ilahi
5. Beriman kepada qada dan qadar Allah, yakni takdir baik dan buruk berasal dari Allah SWT
6. Beriman kepada Hari Akhir, atau hari kiamat
7. Beriman pada hari kebangkitan setelah kematian
8. Beriman bahwa manusia akan dikumpulkan di Yaumul Mahsyar (Padang Mahsyar) setelah manusia dibangkitkan dari kematian
9. Beriman bahwa orang mukmin akan tinggal di Surga dan orang Kafir akan tinggal di Neraka.
10. Mencintai Allah SWT dari mencintai makluk-makhluk ciptaan Allah
11. Mencintai dan membenci karena Allah SWT
12. Mencintai Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasalam dan memuliakan beliau dengan memperbanyak sholawat
13. Ikhlas tidak riya, dan menjauhi sifat munafik
14. Bertobat, menyesal, dan berjani untuk tidak mengulangi suatu perbuatan dosa
15. Khauf atau merasa memiliki rasa takut kepada Allah SWT
16. Raja, mengharapkan rahmat hanya kepada Allah SWT
17. Tidak berputus asa dari Rahmat dari Allah SWT
18. Syukur Nikmat
19. Memegang dan menunaikan amanah
20. Bersabar
21. Tawaduk dan menghormati orang lain
22. Kasih saying termasuk mencintai anak-anak kecil yang tidak berdosa
23. Ridha terhadap tekdir Allah SWT
24. Bertawakal hanya kepada Allah dengan setiap usaha yang dikerjakan
25. Meninggalkan sifat takabur dan menyombongkan diri
26. Tidak dengki dan iri hati kepada kenikmatan yang bukan milik pribadi
27. Rasa malu untuk berdurhaka kepada Allah dan menghindari dosa
28. Tidak mudah tersulut emosi atau mengeluarkan amarah
29. Tidak melakukan tindakan menipu, suuzon, dan tidak merencanakan keburukan kepada siapapun
30. Menanggalkan kecintaan kepada dunia (Zuhud), termasuk diantaranya cinta terhadap harta dan jabatan.

Kelompok Cabang-cabang keimanan yang berkaitan dengan Lisan atau ucapan sebagai berikut :

1. Membaca kalimah tayibah (kalimat-kalimat perkataan yang baik-baik)
2. Membaca kitab suci Al-Quran
3. Belajar dan menuntut ilmu agama (Tolabul ilmi)
4. Mengajarkan ilmu kepada orang lain
5. Berdoa
6. Berdzikir termasuk di dalamnya mengucapkan istigfar
7. Menjauhi dan menghindari perkataan yang sia-sia

Kelompok Cabang-Cabang keimanan yang berkaitan dengan perbuatan sebagai berikut :

1. Bersuci termasuk di dalamnya kesucian badan, pakaian, dan tempat tinggal
2. Menegakkan salah, baik yang fardu maupun yang sunnah
3. Bersedekah kepada fakir dan miskin serta menyantuni anak yatim, membayar zakat fitrah dan zakat mal, memuliakan tamu serta membebaskan budak
4. Menjalankan puasa wajib dan puasa sunnah
5. Melaksanakan haji dan umroh bagi yang mampu
6. Beritikaf di dalam masjid terutama pada bulan suci Ramadhan
7. Menjaga agama dan bersedia meninggalkan rumah untuk berhijrah beberapa waktu
8. Menyempurnakan dan menunaikan zakat
9. Menyempurnakan dan menunaikan sumpah
10. Menyempurnakan dan menunaikan kafarat (denda atas dosar-dosa)
11. Menutup aurat ketika sedang shalat maupun ketika tidak sedang shalat
12. Melaksanakan Kurban dan Aqiqah
13. Menurus perawatan jenazah
14. Menunaikan dan membayar hutang
15. Meluruskan muamalah dan menghindari perbuatan riba (sesuatu yang haram)
16. Menjadi saksi yang adil dan tidak menutupi kebenaran
17. Menikah untuk menghindari diri dari perbuatan zina yang keji dan haram
18. Menunaikan hak keluarga, sanak kerabat, serta hak hamba sahaya (budak).
19. Berbakti dan menunaikan hak kewajiban kepada orang tua
20. Mendidik anak-anak dengan pola asuh dan pola didik yang baik yang tidak menyimpang
21. Menyambung tali silaturahmi
22. Mentaati para pemimpin atau bersikap lembut kepada budak/hamba sahaya.
23. Menegakan pemerintahan dengan adil
24. Mendukung seseorang yang bergerak dalam kebenaran
25. Mentaati hakim (pemimpin) dengan catatan terhadap perbuatan yang tidak melanggar atau bertentangan dengan syariat
26. Memperbaiki hubungan muamalah dengan sesame
27. Menolong orang lain dengan kebaikan
28. Amar ma;ruf wa nahi mungkar (berbuat baik dan mengjauhi perbuatan mungkar)
29. Menegakan hukum-hukum Islam
30. Berjihad mempertahankan batas wilayah perbatasan atau hak yang kita miliki
31. Menunaikan amanah termasuk mengeluarkan 1/5 harta rampasan perang
32. Memberi dan membayar hutang
33. Memberikan hak-hak tetangga dan memuliakannya
34. Mencari harta dengan cara yang halal
35. Menyedekahkan harta, termasuk juga menghindari sifat boros dan kikir
36. Memberi dan menawab salam
37. Mendoakan orang yang bersin ketika dia mengucapkan ‘’Alhamduilillah’’
38. Menghindari perbuatan yang merugikan dan menyusahkan orang lain
39. Menghindari permainan yang melalaikan pada Allah dan sendau gurau
40. Menyingkirkan benda-benda yang berserakan dan mengganggu dijalan, seperti duri, batu, dan sebagainnya.

Ciri-ciri Seseorang yang menerapkan Syu'abul Iman

1. Memiliki rasa takut kepada Allah SWT
2. Melakukan dan Mengerjakan Shalat dengan Khusyuk
3. Senantiasa Bersyukur
4. Berakhlak Baik
5. Sabar
6. Tawakal 

Manfaat Seseorang yang menerapkan Syu’abul Iman diantaranya :

1.    Mendapatkan bimbingan dari Allah SWT
2.    Diberikan kemudahan hidup
3.    Selalu bersyukur dikala susah dan senang
4.    Hati menjadi tenang
5.    Mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya
6.    Ketaatan kepada Allah semakin bertambah
7.    Memiliki rasa kasih saying yang tinggi
8.    Mencgah perbuatan syirik dengan menyekutukan Allah.




Post a Comment for "Pengertian Keimanan dan Cabang-Cabang Keimanan Islam"