ANJURAN ISLAM MENJAGA ETIKA DAN ETOS KERJA
بسم اللہ الر حمن الر حؠم
Alhamdulliahirabil alamin, Segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam semesta, sholawat selalu tercurah limpahkan kepada penghulu para Nabi dan Rosul, Baginda Muhammad Rosulullah Shalallahu alaihi wasalam, pada keluarganya, para sahabatnya, dan kepada seluruh umatnya hingga hari kiamat, semoga kedamaian, kesejahterahaan, keberkahan selalu bersama mereka yang senantiasa taat dan patuh pada perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Keberkahan dan nikmat terbesar di dunia yaitu berupa kesehatan yang tiada bisa kita perkirakan nilainya, karena sehabat apapun manusia ketika dalam keadaan sakit maka tidak akan pernah bisa merasakan nikmatnya hidup, maka senantiasa bersyukur atas kenikmatan-kenikmatan dari Allah.
Sahabat Islam17an yang semoga tercerahkan dan diberikan kemudahan dalam memahami suatu ilmu dan hikmah yang tersirat pada saat kita mentafakuri ayat-ayat dari Allah dan memahami tentang pengertian-pengertian di dalamnya, dan kita senantiasa berdoa agar terhindar dari kesesatan dan kedzaliman.
Dalam menjalani kehidupan ini kita senantiasa berusaha untuk dapat beribadah dalam bentuk ibadah ruhaniyah, dan ibadah muamalah. Sebagai manusia kita semua menyadari bahwa mencari jalan kehidupan untuk tidak berpangku tangan pada belas kasihan orang lain semata merupakan suatu kebaikan untuk menopang jalanya kehidupan dengan cara bermuamalah dan bekerja sesuai dengan profesi keahlian dan kesanggupan kita masing-masing.
Maka dalam setiap profesi itu ada yang disebut kode-kode etik yang keprofesian dan menjaga selalu etos kerja yang baik, agar membuahkan hasil yang maksimal dengan memanfaatkan kemampuan yang kita miliki di dalam bekerja dan bekarya.
Pengertian Etos Kerja
Etos kerja dalam pandangan islam diartikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan yang mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya sendiri, keluarganya atau menampakan sifat-sifat kemanusiaannya, melainkan sebagai suatu manisfestasi dari amalan shaleh. Etos kerja merupakan suatu sikap yang bersungguh-sungguh, sekuat daya dan upaya, penuh dengan rasa semangat percaya diri, serta pantang menyerah untuk mencapai hasil yang maksimal dan terbaik.
Bekerja keras tidak hanya dikerjakan dengan fisik, akan tetapi harus mampu diwujudkan dengan cara berpikir secara serius sungguh-sungguh, dan penuh positivisme. Kerja keras merupakan salah satu upaya atau ikhtiar. Seseorang yang telah berusaha dan mengikhtiarkan usahanya semaksimal mungkin menurut kemampuannya, harus dilandasi sikap tawakal atau sikap menyerahkan segala usaha yang telah dikerjakan kepada Allah apakah hasilnya baik atau hasilnya sebaliknya. Bekerja keras juga merupakan suatu akhlakul kharimah (akhlak yang baik) menurut pandangan islam, yang harus dimiliki dan diterapkan oleh setiap muslim maupun muslimah. Dan melalui kerja keraslah seseorang akan berhasil menggapai yang dicita-citakan atau yang ia impikan. Sebagai seorang muslim yang baik harus memiliki etos kerja yang tinggi, sebab Allah menyukai muslim yang kuat dari pada muslim yang lemah.
Mencari nafkah dengan bekerja merupaka fitrah manusia serta menjadi salah satu identitas manusia sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip syariat islam bertujuan untuk meninggikan martabat dirinya sebagai seorang hamba Allah Subahanahu wa ta’ala. Apabila kita telah menyadari bahwa bekerja merupakan fitrah manusia, jelaslah bahwa manusia yang enggan bekerja dan bermalas-malasan, serta tidak mau mendayagunakan seluruh potensi yang ada dalam dirinya yang telah Allah berikan secara gratis, untuk bekerja. Sesungguhnya dia telah melawan fitrah dirinya sendiri sebagai seorang manusia dan menurunkan drajat dan martabat harga dirinya dihadapan Allah Subahanahu wa ta’ala.
Setiap muslim selayaknya tidak asal-asalan dalam bekerja dan memilih pekerjaan, mendpati gaji, atau sekedar menjaga gengsi agar tidak dianggap sebagai seorang yang tidak memiliki mata pencaharian. Karena kesadaran bekerja secara produktif dan dilandasi dengan semangat ketaqwaan kepada Allah dengan penuh rasa tanggung jawab terhadap pekerjaannya, merupakan salah satu ciri dan karakter yang harus melekat dan dimiliki oleh seorang muslim.
Jika kita merujuk pada Al-Quran maka akan banyak sekali ditemukan ayat-ayat yang memberikan petunjuk supaya seorang muslim dapat meningkatkan etos kerja mereka. Salah satu dari sikap etos kerja adalah memanajemen waktu, disiplin, mengatur hasil, dan bekerja dengan etos kerja yang baik. Seorang muslim harus mampu memanfaatkan waktu semaksimal dan seefektif mungkin untuk dapat digunakan waktunya sebagai suatu cara mengisi waktu dengan hal-hal aktivitas postif dan baik. Lebih-lebih jika dia sedang menghadapi suatu pekerjaan, harus memanfaatkan waktu untuk berdedikasi untuk memberikan hasil kerja semaksimal mungkin. Bahkan Allah selalu mengingatkan kita melalui ayat-ayatnya, seperti Wal-Asr (Demi masa), Wad-Dhuha (Demi Waktu Duha), Wal-laili (Demi malam), dan lainnya.
Ayat-ayat tentang peringatan waktu tersebut menunjukan bahwa setiap orang yang ingin memperoleh kebahagiaan/kesuksesan di dunia dan di akhirat, harus dapat mempergunakan dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Sebab waktu merupakan modal terbaik, untuk mendapatkan semuanya. Ada salah satu kata-kata tentang waktu dari seorang seniman terkenal dunia seperti Leonerdo Da Vinci, ‘’Siapa yang teleh berhasil menaklukan waktu maka dia akan dapat menaklukan dunia,’’, ada juga perkataan dari Imam Syafi’i tentang sesuatu yang menujukan waktu, ‘’Apabila salah seorang anak adam, hanya mampu mengamalkan salah satu surat dari al-quran yakni surat Al-Asr, maka sudah cukuplah baginya,’’ Perkataan imam syafi’i ini merupakan ucapan yang memiliki makna tersirat tentang waktu, jika diuraikan makna tersirat itu menunjukan bahwa siapa saja dari seorang anak adam yang telah mampu menguasai waktu atau menaklukan waktu dengan beramal shaleh dan nasihat-menasihati pada kebenaran, dan nasihat-menasihati untuk berlaku sabar niscaya itu sudah cukup bagi seorang anak adam.
Seseorang muslim yang menginginkan meraih keberhasilan dalan usahanya maka tidak akan ada waktu yang disia-siakan untuk dihabiskan dan berlalu begitu saja, tanpa menghasilkan suatu karya dan sesuatu yang bermanfaat. Karena jika selesai suatu urusan dalam pekerjaan maka bersegeralah disusul dengan pekerjaan-pekerjaan yang lain yang baik-baik dengan sungguh-sungguh.
Ayat Al-Quran yang menerangkan tentang anjuran untuk bekerja ada pada surat At-Taubah ayat 105, Allah berfirman :
وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ
Artinya,
‘’Dan katakanlah (Muhammad), Bekerjalah! Maka, Allah, rosul-nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Dan kamu akan dikembalikan kepada (Dzat) yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan,’’ (Q.S. At-Taubah : 105)
Kandungan yang ada pada Surat At-Taubah ayat 105
Ayat tersebut memberikan suatu pesan tersurat untuk melakukan suatu amalan dalam bentuk kerja dengan kata ‘’Bekerjalah!’’ apapun amalan yang telah diperintahkan oleh Allah Shubahanahu wa ta’ala, Rosul-Nya, dan orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan itu. Dan di akhirat nanti Allah akan memberikan balasan berdasarkan apa yang kita kerjakan.
Pada saat hendak bekerja atau beramal shaleh, hal yang paling utama merupakan niat. Maka luruskanlah niat dengan niat yang baik sebelum bekerja atau beramal shaleh serta ucapkan syukur setelah melakukannya. Karena niat yang keliru dan salah akan amalan atau suatu pekerjaan itu tidak akan ada nilainya sama sekali di sisi Allah, maka letakan podasi itu dengan meniatkan apa pun amalan atau pekerjaan yang dikerjakan, merupakan suatu amalan untuk meraih keridhoan Allah Shubahanahu wa ta’ala, agar pekerjaan itu tidak sia-sia membuang tenaga dan pikiran semata akan tetapi akan bernilai pahala.
Disamping kita bekerja untuk keperluan kebutuhan dunia, kita juga jangan sampai melalaikan amalan ibadah Ruhaniyah, seperti Shalat, Tadabur quran, tolabul ilmi, dan lainnya. Karena tujuan kita hidup di dunia merupakan untuk menuju negeri akhirat yang lebih abadi, maka amalan shaleh untuk menuju akhirat jauh lebih utama dari pada amalan dunia. Namun bukan berate kita juga harus melalikan urusan dunia dengan sifat dan sikap malas.
Sebagai mana dalam Surat At-Taubah ayat 105 tersebut Allah memerintakan manusia untuk bekerja sesuai dengan kesanggupan mereka masing-masing, karena apapun amalan dan pekerjaannya itu orang-orang beriman akan melihat pekerjaan itu. Di akhirat kelak, Allah akan memberikan balasan tehadap amalan yang dikerjakan.
Hadist Rosulullah Shalallahu alaihi wasalam tentang Etos Kerja.
Bahkan Rosulullah Shalallahu alaihi wasalam memuji orang yang berusaha dan bekerja mencari keperluan untuk dirinya sendiri dan keluarganya,
Artinya,
Dari Rifa’ah bin Rafi’ra. Bahwa Rosulullah saw, pernah ditanya, ‘’Pekerjaan apakah yang paling baik?’’ Beliau Bersabda, ‘’Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap jual-beli yang bersih,’’ (H.R. al-Bazzar)
Selain hadist diatas ada juga hadist dari Bukhari riwayat Imam Malik dari kitabnya Imam Malik Al Muwatha, Al-Muwatho (Mesir : Al-Maktabahat Tijariyah nomer halaman 259-260) sebagai berikut :
عن الزبير بن العَوَّام رضي الله عنه مرفوعاً: «لأَن يأخذ أحدكم أُحبُلَهُ ثم يأتي الجبل، فيأتي بِحُزْمَة من حطب على ظهره فيبيعها، فَيَكُفَّ الله بها وجهه، خيرٌ له من أن يسأل الناس، أعْطَوه أو مَنَعُوه».
Artinya,
‘’Sungguh bahwa seseorang diantara kamu membawa tali (pagi-pagi hari) lalu ia pergi berangkat mencari seikat kayu bakar (kayu api) ke bukit-bukit dipanggulnya, kemudian ia menjual (memperoleh, meminta, dan menjauhi kefakiran) itu lebih baik lagi daripada ia hidup meminta-minta kepada manusia, kerja mereka bias memberinya atau memperolehnya,’’ (HR. Malik)
Menjalankan Perilaku Etos Kerja
Rosulullah sebagai suri tauladan terbaik, telah mencontohkan dan mempraktikan sendiri mengenai etos kerja, bahkan sejak beliau masih berusia anak-anak, tercatat dalam sirat al-nabawiyah bahwa pada saat usia beliau 12 tahun, Rosulullah sudah berniaga hingga ke Negeri Syam bersama pamannya Abu Thalib. Demikian juga dengan sahabat Rosulullah Abu Bakar As-Sidiq, Usman ibn Afan, Uman ibn Khattab, dan Ali ibn Abu Thalib merupakan sosok figure dalam islam yang telah memberikan contoh tentang etos kerja, bahkan ada seorang sahabat Rosulullah yang sukses menjadi seorang pengusaha yang disegani pengusaha lainnya pada masanya yaitu Abdurahman ibn Auf yang tidak pernah mengalami sedikit pun kerugian dalam bermuamalah.
Disebutkan oleh Abu Sa’id al-Khudri, pada suatu hari. Rosulullah shalallahu alaihi wasalam, masuk ke masjid. Ternyata disana sudah terdapat seorang laki-laki Anshar yang bernama Abu Umammah. Beliau kemudian menyapanya, ‘’Hai Abu Umammah, ada apakah aku melihatmu duduk di masjid di luar waktu shalat?’’ Abu Umammah menjawab,’’Kebingungan dari utang-utangku yang membuatku (begini) Ya Rosulullah’’ mendengar jawaban tersebut Rosulullah memberikan nasihat kepada Abu Umammah, ‘’Jauhilah perasaan ragu dan putus asa, malas dan lemah sikap pengecut dan kikir, gemar berhutang dan hubungan kurang baik dengan sesama manusia.’’
Kemudian Abu Umammah bersungguh-sungguh melakukan semua nasihat Rosulullah tersebut, dan kehidupan Abu Umammah berangsur-angsur menjadi membaik dan penuh dengan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kisah tersebut merupakan kisah seorang sahabat Rosulullah Shalallahu alaihi wasalam yang memiliki etos kerja tinggi. Tentunya sifat mulia ini perlu kita terapkan dalam mengarungi kehidupan dunia, dalam keseharian kita sebagai umat muslim. Perilaku yang menggambarkan seseorang pekerja keras sebagai berikut :
1. Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan segala sesuatu agar meraih hasil yang maksimal
2. Menjalankan sebaik-baiknya tugas yang merupakan bagian tanggung jawabnya
3. Mengerjakan suatu tugas pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan
Hukum Tanda Perilaku Etos Kerja :
a. Mengembangkan kemampuan diri, baik bakat, minat, atau sesuatu hal yang bermanfaat lainnya
b. Membentuk diri yang bertanggung jawab dan disiplin kerja
c. Menghargai dan mengangkat drajat martabat diri sendiri
d. Meningkatkan taraf hidup
e. Akan memperoleh pahala dari Allah Shubahanahu wa ta’ala.
Post a Comment for "ANJURAN ISLAM MENJAGA ETIKA DAN ETOS KERJA"