Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Surat Nabi Muhammad pada Raja Haraclius


Kisah ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, Ibnu Abbas r.a berkata, "Abu Sufyan pernah mengatakan dengan mulutnya sendiri kepadaku, "Ketika terjadi perdamaian antara Aku dengan Rosulullah shalallahu alaihi wasalam, Aku pergi ke negeri syam. Pada waktu itu, beliau mengirimkan Surat kepada kaisar Haraclius. Pembawa surat itu Dhyatul Kalbi. Awalnya Surat itu diberikan kepada penguasa Busrah, setelah itu diserahkan kepada Kaisar Haraclius.

Kaisar Haraclius berkata, "Adakah disini salah seorang dari kaum yang mengaku jadi nabi itu?"

Mereka menjawab, "Iya ada"

Kemudian Aku dipanggil untuk menghadap Kaisar bersama kaum Quraisy padanya dan ia mempersilahkan kami untuk duduk. Setelah itu Kaisar bertanya, "Siapakah diantara kalian yang paling dekat nasabnya dengan Orang yang mengaku jadi nabi itu?"

Aku (Abu Sufyan) menjawab, "Aku"

Lalu Kaisar menyuruhku duduk di hadapannya dan kaum Quraisy berada dibelakangku, ia pun memanggil juru terjemahnya dan berkata, "Katakan kepada mereka, Aku akan menanyakan padanya tentang seorang yang mengaku menjadi nabi. Jika Orang ini (Abu Sufyan) berdusta, katakan padaku bahwa ia berdusta."

Abu Sufyan berkata, "Jika Aku tidak takut dikatakan sebagai seorang pendusta, pasti Aku akan berdusta waktu itu."

Kaisar meneruskan ucapannya, "Tanyakan padanya bagaimanakah kedudukan nasab Muhammad diantara kalian?"

Abu Sufyan menjawab, "Muhammad adalah seorang yang mempunyai nasab yang mulia di kalangan kami."

"Adakah dari kakeknya yang menjadi seorang Raja?" Tanya Kaisar selanjutnya.

"Tidak," Jawabku.

"Apakah kamu pernah menuduhnya sebagai seorang pendusta sebelum ia berdakwah?" Kaisar bertanya lagi.

"Tidak" Jawabku.

"Siapakah yang mengikuti Orang itu (Muhammad), dari kelas orang mulia ataukah dari kelas jelata?" Tanya Kaisar lebih lanjut.

"Kebanyakan pengikutnya terdiri dari kelas jelata." Jawabku.

"Adakah pengikutnya makin bertambah atau berkurang?" Kaisar bertanya lebih lanjut.

"Pengikutnya semakin bertambah banyak" Jawabku.

"Adakah pengikutnya yang keluar dari agamanya karena membencinya?" tanya Kaisar selanjutnya.

"Tidak" Jawabku.

"Adakah kalian juga memeranginya?" tanya Kaisar lagi.

"Ya, benar" Jawabku.

"Bagaimanakah jalan peperangan antara kamu dengannya?" Kaisar bertanya lebih lanjut.

"Perang kami dengannya berlangsung silih berganti. Sekali kami menang, sekali dia yang menang!" Jawabku.

"Pernahkah dia berkhianat?" tanya Kaisar lagi.

"Tidak pernah. Sekarang Kita sedang mengadakan perjanjian dengannya. Kita tidak tahu apa yang akan diperbuatnya kelak," Jawabku menerangkan.

Abu Sufyan berkata, "Demi Allah, waktu itu Aku tidak dapat berkata lebih dari itu."

Selanjutnya Kaisar Heraclius bertanya lagi, "Adakah seorang yang berdakwah seperti dia sebelumnya?"

"Tidak" Jawabku.

Kemudian Kaisar berkata kepada juru terjemahnya, "Katakan kepada Abu Sufyan, ketika ku tanyakan padamu nasabnya, kamu menjawab bahwa orang itu (Muhammad) tergolong seorang yang bernasab mulia di kalangan kalian. Demikianlah keadaan para rasul, semuanya diutus dari keluarga yang mulia. Ketika kutanyakan padamu adakah seorang dari kakeknya menjadi Raja, kamu menjawab tidak. Jawabanku, jika salah seorang kakeknya ada yang menjadi Raja pasti kukatakan bahwa ia adalah seorang yang ingin menuntut kembali Kerajaan kakeknya. Pada waktu kukatakan padamu tentang pengikutnya apakah kebanyakan dari kelas bangsawan atau kelas jelata, jawabmu kebanyakan mereka adalah kelas jelata. Itulah kebanyakan pengikut para rasul yang sebenarnya. Ketikaku tanyakan padamu, pernahkah kamu ketahui dia sebagai seorang pendusta sebelum dia berdakwah, jawabanmu tidak. Maka jawabanku, Bagaimana mungkin dia berani berdusta pada Allah sedangkan dia tidak pernah berdusta pada manusia. Ketika kutanya padamu adakah seorang yang keluar dari agamanya karena benci terhadapnya? Jawabanmu tidak, Itulah tanda iman. Jika telah memasuki hati seseorang, tidak akan keluar begitu saja. Ketika kutanyakan padamu apakah pengikutnya makin bertambah atau berkurang, kamu menjawab bahwa pengikutnya semakin bertambah banyak. Itulah pertanda iman. Ia akan terus berkembang sampai sempurna. Ketika kutanyakan apakah kamu perangi dia? Kamu menjawab bahwa peperangan antara kamu dengannya silih berganti dalam hal menang. Itulah keadaan para rasul. Sekali dicoba dengan kekalahan, namun kemenangan terakhir selalu pada mereka. Ketika kutanyakan kepadamu apakah dia pernah berkhianat. Kamu menjawab tidak. Begitulah keadaan para rasul, mereka tidak akan berkhianat. Ketika kutanyakan padamu, adakah orang lain sebelumnya yang berdakwah seperti dia. Kamu menjawab tidak ada. Jika ada seorang yang berkata (berdakwah) seperti yang dikatakannya sebelumnya pasti dia dituduh meniru orang yang sebelumnya.

Kemudian Kaisar bertanya kepadaku, "Adakah dia menyuruh kamu sesuatu?"

Aku menjawab, "Kami diperintahkan untuk mendirikan shalat, memberikan zakat, menyambung hubungan kekerabatan, dan menjaga diri."

Lalu Kaisar Heraclius berkata, "Jika semua yang kamu ucapkan benar, sesunggunya dia adalah benar seorang nabi, namun Aku tidak mengira kalau dia berasal dari kalian, jika Aku sampai kepadanya, Aku ingin sekali berjumpa dengannya. Jika Aku berada di hadapannya, Aku akan mencuci kedua kakinya. Sesungguhnya kekuasaannya akan sampai pada daerah di kedua kakiku ini."

Kemudian Kaisar menyuruhku untuk memperlihatkan Surat dari Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wasalam dan membacakannya. Isi Surat itu berbunyi :

Bismillahir Rahmaanir Rahim, Dari Muhammad utusan Allah kepada Heraclius Kaisar Romawi. Salam sejahterah bagi orang yang mengikuti petunjuk.

Amma Ba'du, Sesungguhnya Aku mengajak kamu untuk masuk Islam. Masuklah Islam agar kamu selamat dan bagimu dua kali lipat pahala. Jika menolak, kamu akan menanggung dosa umat Arisiyyin. Hai orang-orang Ahli Kitab, marilah kalian kepada kalimat yang sama di antara kami dan kalian.  Hendaknya kalian tidak menyembah selain kepada Allah, tidak menyekutukan Allah dengan segala sesuatu, dan tidak menjadikan sebagian dari kami untuk menjadi Tuhan selain Allah! Jika kalian menolak, katakanlah,  "Saksikanlah oleh kalian bahwa kami adalah orang-orang yang berserahdiri."

Ketika ia selesai membaca surat tersebut, suara orang-orang di sekitarnya bergemuruh dengan keras dan Kaisar menyuruh kami untuk meninggalkan ruangan.

Aku berkata kepada kawan-kawanku, "Sungguh, agama Abu Kabsyah (Rosulullah) menaklukan orang kulit putih."

Sejak saat Itulah Aku yakin bahwa agama Rosulullah Shalallahu alaihi wasalam akan mendapatkan kemenangan sampai Allah memasukkan Aku ke dalam Islam.

Seluruh orang yang hadir segera berbalik meninggalkan tempat untuk keluar, namun mereka mendapatkan seluruh pintu ruangan telah ditutup. Kemudian Kaisar Heraclius memanggil kembali seluruh hadirinnya dan berkata, "Sebenarnya Aku hanya hendak menguji kekuasaan iman kalian dalam agama kalian. Dan kudapatkan iman kalian masih kuat."

Akhirnya orang-orang Romawi yang hadir pada saat itu bersujud pada Kaisar dan Kaisar pun memberikan restu pada mereka.

(Sumber Hadist Sahih Bukhori dan Muslim)

Post a Comment for "Surat Nabi Muhammad pada Raja Haraclius"